Kamis, 06 September 2007

serba serbi air botolan

Sudah bertahun – tahun kita dilanda mode minum air botolan. Sayang, kadang – kadang ada yang kotor atau bahkan sudah berlendir, sampai secara berkala membuat masyarakat heboh . bagaimana kiat kita agar air ini tetap aman di minum ?

Di warung – warung, perempatan jalan dan kaki lima air botolan dijual laris dan menjangkau seluruh masyarakat . bahkan ada kepercayaan di kalangan supir kalau melepas dahaga tidak dengan limun, susu, kopi tapi dengan air putih dapat mengurangi resiko sakit ginjal.

Kemasannya yang praktis dan terkesan elit ( dari pada air ledeng yang hanya di tuang kedalam plastik lalu diikat) membuat restoran – restoran besar dan hotel yang dahulu menghidangkan air putih dalam teko dan diletakkan di atas meja begitu tamu datang kini mengucurkan air botolan kedalam gelas dan menaruh botolnya di atas meja agar membuat tamu maklum kalau itu adalah air botolan sehingga sudah pasti bayar . kepopuleran air minum botolan ini juga sampai pada musafir yang ada di kereta api . mereka lebih memilih membeli air botolan yang murni dan bisa didapat sambil duduk (walaupun terkadang ada penjual yang nakal mengganti isinya dengan air ledeng) dari pada harus keluar dari gerbong untuk mendapatkan air yang dituang kedalam plastik .

Namun yang menarik untuk di bahas dari air botolan ini adalah ternyata di dalam air botolan itu juga terdapat kuman ( haaahh!!)

Seperti minuman awetan yang lain yang dibuat dalam kemasan dos karton dan kantung alumunium, air botolan juga rentan terhadap kuman . kuman tersebut dulunya berasal dari benih kuman yang nebeng masuk ketika air yang sudah di sterilkan akan di masukkan ke mesin pembotolan . benih kuman ini biasanya bertunas ketika masih di warung pengecer yang tidak disimpan di tempat yang sejuk tapi dibiarkan menderita panas di udara terbuka walaupun sudah jelas – jelas pihak pabrik mewanti – wanti agar di simpan di tempat yang sejuk . akibatnya pada air botolan yang di jual di lampu merah terkadang terdapat bintik – bintik kecoklatan atau hitam yang merupakan cendawan dari benih kuman yang sudah bertunas, dan pada kasus lain yang lebih langka memang ada air yang sudah berlendir yang merupakan bentuk cendawan yang sudah berkembang biak . yang di persalahkan tentunya adalah pedagang eceran yang tidak mengindahkan wangsit dari pabrik yang memproduksi air botolan tersebut sementara pabrik tersebut sudah memproduksinya sesuai dengan prosedur yang sudah di tetapkan .

Air botolan yang kita minum itu sudah berusia 6 - 12 bulan

Dalam pengendalian mutu air botolan, pihak pabrik tidak langsung menjual produk yang baru saja selesai dikemas, akan tetapi mereka menyimpannya dalam ruang dingin selama 6 – 12 bulan . ini dimaksudkan agar bakteri yang masuk dipaksa untuk “bunuh diri” pada suhu yang dingin tersebut . setelah diperam, botol kemudian dites isinya di laboratorium untuk melihat seberapa banyak bakteri yang masih keras kepala . jumlah bakteri tersebut tidak boleh lebih dari 20 dalam tiap cc air yang dibiakkan pada agar – agar dalam kurun waktu 24 jam . jika lulus barulah air botolan tersebut di pasarkan . jika tidak, maka seluruh batch ( jumlah yang di produksi pada waktu yang sama) di buang dan diganti dengan yang air produksi yang baru dan lebih bersih

Sampai sekarang banyak masyarakat yang masih belum mengetahui bagai mana memilih air botolan yang sehat . kebanyakan dari mereka dengan santainya membeli pada penjual rokok di perempatan jalan atau di kios – kios yang memajang air botolan itu di tempat terbuka tanpa mengetahui kalau satu pleton kuman yang bertahan hidup tadi siap melakukan kudeta di tubuh kita . karena itu ada baiknya kita membeli air botolan tersebut di toko yang menyimpannya pada lemari es . anda tidak suka yang dingin…? Yah.. kalau saya lebih tidak suka sakit dari pada air dingin .

Tidak ada komentar: